Tag Archive for: Kuliner Semarang

Sate Kambing dan Gule 29 Kota Lama, Legendaris di Semarang

Sate Kambing dan Gule 29 Kota Lama, Legendaris di Semarang

Akurasi.id  Mau makan enak? Kota Semarang merupakan destinasi wisata kuliner bagi wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Banyak kuliner nikmat dan lezat yang ditawarkan di Ibu Kota Jawa Tengah ini, salah satunya sate. Sate kambing dan gule 29.

Memang sejauh ini tidak ada kuliner sate khas Semarang tapi jika ingin mencari rumah makan sate yang legendaris di Kota ATLAS, Sate Kambing dan Gule 29 di Kawasan Kota Lama Semarang bisa menjadi rujukan. Berikut ceritanya dilansir dari idntimes.com, Jumat (20/08/2021).

  1. Sate Kambing dan Gule 29 Kota Lama dirintis oleh Yap Pak Yoe pada tahun 1963

Berada tepat di seberang Gereja Blenduk, rumah makan yang berlokasi di Jalan Letjen Suprapto No 29 Semarang ini sudah berdiri sejak tahun 1963. Yap Pak Yoe yang merintis usaha kuliner tersebut.

Warga Semarang keturunan Tionghoa itu meracik sate berbahan dasar daging kambing. Tidak hanya daging kambing mulus yang dipotong dadu kemudian ditusuk dengan batang bambu. Dia juga membuat sate buntel yang spesial dari daging kambing yang dicacah dan dibumbui, lalu dibungkus dengan lemak kambing.

Yap mengolahnya dengan bumbu rempah-rempah yang kuat sehingga aroma daging kambing yang prengus itu hilang. Selain itu, ia juga punya teknik tersendiri agar daging kambing yang dimasak menjadi sate bisa empuk dan juicy.

  1. Jadi kuliner legendaris dari Kota Semarang

Tidak hanya sate, masih ada menu lain buatan Yap yang juga menjadi jawara di warungnya, yakni gule dengan ciri khas tanpa santan dari daging dan jeroan kambing seperti otak, sumsum, hati, ginjal, babat hingga balungan. Kedua menu sate dan gule itu selalu tersaji berdampingan potongan bawang merah, cabai, dan irisan jeruk nipis. Sedangkan, menu sate ada tambahan kecap, sehingga saat dipadukan ada sensasi cita rasa yang gurih manis nan legit. Pas banget!

Kuliner dari rumah makan Sate Kambing dan Gule 29 itu sangat legendaris dan terkenal, sehingga selalu masuk dalam daftar wajib icip jika singgah ke Kota Semarang.

Pemilik rumah makan Sate Kambing dan Gule 29 Kota Lama Semarang, Yap Indah Kumala Dewi menceritakan, resep dan kualitas beragam hidangan itu selalu dijaga serta dipertahankan hingga sekarang.

  1. Kini dikelola dan dijaga oleh generasi ketiga

‘’Sebab, ini kan resep warisan kakek yang diturunkan ke generasi selanjutnya kan. Jadi kami tetap mempertahankan menu-menunya, kualitas bahan, higienitas sampai pelayanannya,’’ ungkap generasi ketiga dari Sate Kambing dan Gule 29 Kota Lama itu kepada IDN Times, Jumat (13/8/2021).

Untuk melestarikan resep warisan keluarganya itu, setiap hari Dewi selalu ikut terjun ke dapur mengolah dan memasak menu-menu pesanan dari konsumen. Dia selalu menggunakan daging kambing dengan kualitas terbaik dan fresh, demi menjaga rasa dari hidangan yang tersaji serta kepuasan pelanggan.

Pelanggan Sate Kambing dan Gule 29 Kota Lama pun datang dari mana saja baik dalam kota maupun luar kota atau luar negeri. Lokasi strategis dekat dengan destinasi wisata dan ikonik serta cerita kelezatan kuliner itu mengundang tamu yang mayoritas wisatawan Kota Lama mampir ke warung makan tersebut.

  1. Kena dampak pandemik sempat tutup dan omzet turun

‘’Kalau orang terkenal sudah banyak yang mampir dari Pak Hendi, Bu Ita, Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang. Gubernur Jateng Pak Ganjar sampai artis seperti Najwa Shihab, Delon dan Irwansyah juga pernah ke sini,’’ kata ibu dari dua anak ini.

Kendati demikian, adanya pandemik juga berdampak pada usaha kuliner legendaris itu. Apalagi, saat PPKM seperti sekarang. Omzet penjualan warung makan turun 30-40 persen.

‘’Bahkan, pada awal PPKM Darurat rumah makan kami tutup selama tiga minggu. Lha gimana semua jalan dan akses ke Kota Lama ditutup. Tamu juga tidak boleh makan di tempat. Bahkan, ojek online yang membelikan pesanan konsumen juga tidak bisa masuk Kota Lama, maka daripada sepi lebih baik tutup saja,’’ kata anak dari generasi kedua Sate Kambing dan Gule 29 Kota Lama, Yap Candra Wibowo itu.

  1. Manfaatkan pemesanan online dan pesan antar selama pandemik

Pandemik memang menuntut pelaku usaha termasuk kuliner untuk melakukan perubahan, termasuk dalam layanan kepada konsumen. Demikian juga, rumah makan Sate Kambing dan Gule 29 Kota Lama. Saat ini Dewi juga telah memanfaatkan platform digital untuk pemesanan makanan secara online. Selain itu, juga menyediakan layanan pesan antar bagi pelanggan.

‘’Sekarang sate dan gule bisa dipesan via GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood. Kami juga ada delivery order, konsumen tinggal telpon ke rumah makan lalu akan kami antar pesanannya untuk area Semarang. Dan bagi konsumen luar kota kami juga bisa dipesan lewat pengiriman logistik seperti Paxel. Sehingga, kami siapkan menu-menu dalam kemasan frozen food untuk dinikmati oleh pelanggan yang jauh,’’ jelas istri dari Tjiu Joni itu.

Bagi kamu yang penasaran dengan kelezatan Sate Kambing dan Gule 29 Kota Lama bisa pesan juga dengan menghubungi nomor telpon 024-3549692 atau 3540810. Untuk layanan pesan antar di area Kota Semarang hanya dikenakan ongkos kirim flat Rp 10 ribu.

Adapun, harganya untuk seporsi sate kambing Rp 87.500 per 10 tusuk, sate buntel Rp 87.500 per 2 tusuk, gule jeroan Rp 52.500 per porsi, gule sumsum dan balungan Rp 55.000 per porsi. Yuk, pesan kuliner legendaris ini, dijamin pasti ketagihan! (*)

Editor: Yusva Alam

Recommended, Toko Oleh-oleh di Semarang yang Wajib Dikunjungi

Oleh-Oleh di Semarang yang Recomended? Toko Ini Wajib Dikunjungi

Recommended, Toko Oleh-oleh di Semarang yang Wajib Dikunjungi

Bandeng Juwana Elrina menjual aneka bandeng yang lengkap dan bisa dijadikan oleh-oleh. (instagram.com/telur_asin_okejaya)

Akurasi.id – Kalau kamu sedang mencari oleh-oleh di Semarang, wajib berkunjung ke toko-toko ini, guys! Gak perlu bingung lagi. Jangan lupa beli, yuk! Dilansir dari idntimes.com, Selasa (06/07/2021)

  1. Bandeng Juwana Elrina

Semarang terkenal dengan bandeng presto alias bandeng berduri lunak. Bandeng Juwana Elrina menjual aneka bandeng yang lengkap dan bisa dijadikan oleh-oleh. Lokasinya berada di Jl. Pandanaran No. 67-51 Semarang, hanya 1,3 kilometer dari Kawasan Simpang Lima. Tempat ini buka mulai jam 06.30-23.00 setiap harinya.

Ada beberapa jenis bandeng yang tersedia, mulai dari bandeng duri lunak, otak-otak bandeng, bandeng pepes duri lunak, bandeng asap duri lunak, bandeng dalam sangkar, bandeng asap duri keras, sate bandeng boneless, sampai bandeng teriyaki. Selain itu, ada juga aneka kue, bolu, bakpia, lumpia, tahu bakso, hingga snack lainnya. Lengkap banget!

  1. Pusat Oleh-oleh Djoe

Hanya beberapa puluh meter dari Bandeng Juwana Elrina, ada Pusat Oleh-oleh Djoe. Lokasinya berada di Jl. Pandanaran No. 51 Semarang dan buka setiap hari pada pukul 06.00-22.00.

Di sini, kamu bisa membeli kue mochi, tahu bakso, lumpia, madu mongso dan aneka kue tradisional lain. Ada makanan yang dikemas dengan metode vacuum sehingga bisa awet lebih lama.

Di sini juga ada lumpia yang sudah matang, baik lumpia goreng atau basah. Isinya ada rebung, ayam, telur dan udang. Sama seperti Bandeng Juwana Elrina, Pusat Oleh-oleh Djoe juga memiliki lahan parkir yang minim. Namun, jangan khawatir karena ada tukang parkir yang siap membantumu setiap saat mencari oleh-oleh di Semarang!

  1. Wingko Babad Cap Kereta Api

Bergeser ke kawasan Kota Lama Semarang, kamu bisa berkunjung ke Wingko Babad Cap Kereta Api. Lokasinya berada di Jl. Cendrawasih No. 14 Semarang dan buka setiap hari pada pukul 07.00-18.30. Jaraknya hanya 1,8 kilometer dari Stasiun Tawang dan bersebelahan dengan Filosofi Kopi Semarang.

Sesuai namanya, toko ini menjual wingko babat yang lezat dengan berbagai macam rasa, mulai dari orisinal, cokelat, durian, nangka, pisang dan lainnya. Selain itu, di sini juga menjual getuk, bakpia pathuk khas Yogyakarta dan kue tradisional lain.

Berbeda dengan dua toko sebelumnya, di sini menjual cendera mata nonmakanan, seperti kartu pos, magnet, dan gantungan kunci.

  1. Kampoeng Semarang

Hanya berjarak 2,3 kilometer dari Stasiun Tawang, ada Kampoeng Semarang. Tempatnya ada di Jl. Kaligawe Raya KM 1 No. 96 Semarang dan buka setiap hari pada pukul 08.00-20.00.

Dibanding yang lain, Kampoeng Semarang merupakan tempat oleh-oleh yang paling luas dan lengkap. Di sini, tidak hanya menjual oleh-oleh berupa makanan, tetapi ada juga kemeja batik, gantungan kunci, kaus, tas, sandal, aksesori, dan lain sebagainya.

Untuk makanan, di sini ada bandeng presto, lumpia, rengginang, tahu bakso, wingko babat, sampai cokelat dengan kemasan yang unik dan bisa dijadikan oleh-oleh untuk teman. Di lokasi yang sama, ada restoran sehingga pengunjung bisa memesan makanan untuk meredakan rasa lapar seusai berbelanja oleh-oleh.

  1. Kue Moaci Gemini Kentangan

Kamu penggemar kue moci? Jangan lupa untuk mampir ke Kue Moaci Gemini Kentangan yang ada di Jl. Kentangan Barat No. 101.

Toko oleh-oleh ini hanya berjarak 2,6 kilometer dari Stasiun Tawang serta sangat dekat dengan kuliner legendaris di Semarang, seperti Leker Paimo, Asem-asem Koh Liem, dan Nasi Ayam Bu Pini. Tempat ini buka setiap hari pukul 07.00-20.00.

Meski ukuran toko mungil, jangan underestimate, ya! Di sini, ada moci dengan berbagai macam isian, mulai dari kacang tanah, kacang merah, orisinal wijen, dan lain sebagainya. Untuk harga, moci orisinal wijen dijual dengan harga Rp45 ribu untuk isi 25. Moci ini bisa tahan hingga seminggu.

Nah, itulah lima rekomendasi toko oleh-oleh di Semarang yang wajib kamu kunjungi sebelum pulang ke kota asal. Jangan lupa mampir, ya! (*)

Editor: Yusva Alam

 

Soto Laris di Semarang Ini Simpan Kisah Pilu

Soto Laris di Semarang Ini Simpan Kisah Pilu

Soto Laris di Semarang Ini Simpan Kisah Pilu

Soto Bangkong Haji Soleh memiliki banyak cabang di Semarang. (Popbela.com)

Akurasi.id – Bekerja sebagai petani dan pengemis jadi jalan yang dipilih Haji Soleh. Sebagai petani yang harus menanti masa panen, ia tak ada pilihan lain untuk menjadi pengemis karena tak ada pemasukan untuk menopang kebutuhan rumah tangga. Namun, meski bekerja secara serabutan dari jadi petani, pengemis, buruh hingga jualan soto pikulan, membuat Haji Soleh menemukan jalannya untuk mengais rezeki. Ya, nggak disangka pula soto bangkong miliknya kini justru sudah mempunyai banyak cabang di Semarang.

Dilansir dari Popbela.com, Jumat (26/06.2021), media ini berkesempatan mewawancarai Pak Benny, anak kelima Haji Soleh. Pak Benny juga menceritakan tentang sejarah berdirinya warung soto ini. Kenapa Soto laris di Semarang ini menyimpan kisah pilu.

Penasaran kenapa soto laris di Semarang ini menyimpan kisah pilu? Baca terus ya!

  1. Berawal dari pikulan

Kepada Popbela.com, Pak Benny bercerita kalau dulu bapaknya bekerja serabutan, seperti jadi petani, buruh hingga mengemis demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk berjualan soto dengan menggunakan pikulan masuk kampung keluar kampung. Dari uang yang ia kumpulkan saat bekerja itulah, akhirnya Haji Soleh bisa mendapatkan modal usaha untuk berjualan soto, hingga mempunyai cabang. Sampai-sampai, pikulan yang digunakan Haji Soleh untuk berjualan pertama kali di tahun 1950 masih bisa kita lihat di Warung Soto Bangkong, di Jalan Brigdjen Katamso No. 1 Semarang. “Kalau ke sini dan melihat ada pikulan, ya dengan itulah Bapak saya dulu berjualan.” kata Pak Benny.

  1. Asal nama Soto Bangkong

Karena semakin banyak orang yang membeli, maka Haji Soleh memutuskan untuk berjualan di pinggir jalan perempatan Bangkong menggunakan tenda. Banyak pembelinya yang bertanya, apa nama soto ini. Namun, Haji Soleh kebingungan menjawabnya dan mengaku bahwa dagangannya tersebut belum memiliki nama.

Akhirnya, atas saran dari seorang pelanggan, Haji Soleh memutuskan untuk menggunakan nama Bangkong. Alasannya karena memang pertama kali ia membuka warungnya tersebut di perempatan Jalan Bangkong, Semarang.

  1. Mempertahankan dan konsisten dengan resep

Lebih dari 60 tahun berlalu dan soto bangkong masih sama ramainya dengan pembeli seperti saat ia buka pertama kali dulu. Pak Benny mengungkapkan alasan tetap ramainya pembeli di warung sotonya adalah karena ia mempertahankan dan konsisten dengan resep yang dibuat oleh ibu dan ayahnya.

“Saya nggak pernah mengubah resep sedikit pun. Apapun yang disajikan di sini sama persis dengan yang dibuat bapak dan ibu dulu.” kata Pak Benny.

Salah satu contoh konsistensi yang dipertahankan adalah penggunaan bawang putih goreng sebagai pelengkap soto. Kalau biasanya kita menaburkan bawang merah goreng di setiap hidangan, soto bangkong justru menggunakan bawang putih. “Ibu saya yang membuatnya pertama kali dan akan saya pertahankan. Karena ini ciri khas soto di sini.” ujar Pak Benny.

  1. Kecap yang diproduksi sendiri

Selain bawang putih goreng, ciri khas rasa dari soto bangkong ini adalah kecapnya, Bela. Kecap yang digunakan di setiap rumah makan soto bangkong diproduksi sendiri. Alasan Pak Benny menggunakan kecap ini adalah supaya rasa dari soto bangkong tidak mudah ditiru oleh kompetitor.

“Selain menjadi ciri khas, kenapa di sini menggunakan kecap sendiri? Karena supaya nggak mudah ditiru oleh yang lain. Kecap ini hanya dipergunakan di warung makan ini dan tidak dijual bebas.” jelas Pak Benny.

  1. Dikelola oleh keluarga

Meski kamu pernah melihat banyak cabang dari soto bangkong, namun ternyata sistem pengelolaan warung makan ini tidak seperti waralaba pada umumnya lho! Warung makan soto bangkong hanya boleh dimiliki dan dikelola oleh keluarga langsung dari Haji Soleh, sang pendiri. Selain itu, jumlah dan cabangnya pun dibatasi sesuai dengan jumlah anak yang dimiliki.

“Nggak sembarang orang boleh memiliki warung soto bangkong. Hanya keluarga yang boleh. Itu pun terbatas. Misalnya, Bapak saya anaknya ada lima, maka Bapak hanya akan membuka enam warung soto. Kemudian, saya sebagai salah satu pemiliknya dan anak saya ada tiga. Maka, saya hanya boleh membuka empat cabang saja.” kata Pak Benny.

Bagaimana? Sudah pernah mencoba soto bangkong ini belum? (*)

Editor: Yusva Alam