Mengenal Dadih, Yoghurt Tradisional Asli Minangkabau

Mengenal Dadih, Yoghurt Tradisional Asli Minangkabau

Mengenal Dadih, Yoghurt Tradisional Asli Minangkabau

Dadih, yoghurt tradisional asli Minangkabau. (instagram.com/gadahaodahad7149)

Akurasi.id – Jika kamu baru mengenal yoghurt hanya yang dibuat dari fermentasi susu sapi, kamu mesti berkenalan dengan yoghurt tradisional asli Minangkabau dari susu kerbau bernama ‘dadih’ atau masyarakat lokal menyebutnya ‘dadiah’. Proses fermentasi susu kerbau ini dilakukan tanpa menambahkan mikroba sebagai starter. Proses fermentasi terjadi cukup di dalam bambu atau buluh yang memungkinkan tidak diperlukannya lagi mikroba sebagai starter. Low-tech tapi efisien, ya!

Dilansir dari idntimes, Kamis (24/06/2021), berikut penjelas terkait dadih, yoghurt tradisional asli Minangkabau

Pembuatannya subuh hari, karena dadih butuh susu kerbau segar

Karena proses yang dilakukan dengan cara yang sangat sederhana dan alami, pembuatan dadih tidak memakan waktu lama. Karena dadih yang nikmat adalah yang jika dibuat dari susu kerbau yang masih segar, maka biasanya proses pembuatan dadih dimulai seusai subuh, bersamaan dengan dimulainya aktivitas para peternak kerbau memerah susu kerbau.

Salah satu daerah di Sumatera Barat yang terkenal dalam memproduksi Dadih adalah “Green Canyon-nya Indonesia”, Ngarai Sianok. Bisa kamu bayangkan betapa asrinya pemandangan aktivitas para peternak memeras susu kerbau di saat mentari bersiap-siap untuk ‘mengintip’.

Sangat sederhana dengan alat seadanya

Setelah susu kerbau diperah lalu disaring terlebih dahulu, untuk kemudian dimasukkan ke dalam buluh atau ruas bambu dengan panjang sekitar 20-30 sentimeter, sebagai kunci berhasilnya fermentasi dadih. Bambu ini kemudian ditutup dengan daun pisang atau daun waru. Bambu-bambu ini akan didiamkan selama 2-3 hari.

Pada masa ini, cukup untuk mengubah susu dari cair hingga membeku menjadi dadih. Di sinilah perbedaan dadih dengan yoghurt. Teksturnya beku tidak kental dan jika dibalik tidak akan tumpah karena sudah melekat pada bambu.

Pendamping nasi atau sebagai pencuci mulut, tetap nikmat

Dadih umumnya disajikan sebagai menu sarapan atau pencuci mulut dengan campuran emping beras dengan siraman gula aren, atau dikonsumsi langsung apa adanya dari wadah bambunya juga untuk cita rasa susu yang otentik.

Pada zaman dulu (di beberapa daerah bahkan hingga kini), dadih dimakan sebagai pengganti lauk untuk pendamping makan nasi di kalangan masyarakat Minangkabau. Biasanya sebagai pendamping nasi, disajikan bersama lauk pauk dan sambalado atau cabai, bawang, dan sirih. Rasanya asam, pedas, dan segar, sehingga sering dijadikan sebagai teman menyantap nasi.

Sekilas mirip seperti yoghurt namun berbeda

Adanya beberapa perbedaan yang menyebabkan dadih memiliki karakteristik istimewa ketimbang yoghurt adalah, yang pertama, bahan dasar dadih “yoghurt” tradisional Minangkabau ini harus susu kerbau segar, sedangkan yoghurt pada umumnya menggunakan susu sapi dan nggak mesti yang baru diperah. Kedua, penganan khas Minang ini mengalami fermentasi alami, tidak membutuhkan bantuan mikroba sebagai starter. Ketiga, dadih seperti krim padat bertekstur lembut, tidak seperti yoghurt yang cair dan sedikit kental.

Bagaimana, apakah kamu penasaran untuk mencoba penganan tradisional khas Minangkabau ini? Jika berkunjung ke Sumatera Barat boleh banget jadi agenda, nih, menyaksikan proses pembuatan dadih sambil menikmati asrinya Ngarai Sianok. Atau malah kamu sudah pernah mencobanya? (*)

Editor: Yusva Alam

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *