Singkong Andalan Salatiga, Jadikan Target Kota Kreatif UNESCO

Singkong Andalan Salatiga, Jadikan Target Kota Kreatif UNESCO

Akurasi.id – Olahan singkong yang selama ini dipandang sebelah mata bagi sebagian orang ternyata mampu memberikan kontribusi bagi pendapatan aset Kota Salatiga, yang mencapai Rp15 miliar per tahun. Singkong andalan Salatiga. Berkat torehan tersebut, Wali Kota Salatiga Yuliyanto mencanangkan kuliner olahan singkong sebagai bagian dari upaya Salatiga masuk dalam daftar UNESCO Creative Cities Network (UCCN) yang bernaung dibawah PBB.“Meskipun tanpa ada bantuan dari Pemerintah yang mencapai ratusan juta bahkan miliaran rupiah, tetapi dari para pelaku usaha kuliner berbahan dasar ketela pohon atau singkong ini bisa mendatangkan pendapatan sebesar Rp15 miliar buat Salatiga. Tentunya yang berbelanja tidak hanya warga lokal, tetapi sudah merambah kemana-mana, dan bisa memacu perputaran uang yang terjadi saat ini,” ujar Yuliyanto dilansir dari IDN Times, Jumat (16/07/2021).

  1. Makanan olahan singkong menyesuaikan perubahan perilaku masyarakat

Yulianto menuturkan selama ini makanan berbahan singkong mampu beradaptasi pada perubahan perilaku masyarakat modern. Orang-orang, katanya, kini tidak melulu mencari roti melainkan berburu olahan singkong yang dipoles dan padu padan citarasa kuliner modern.

Ia optimistis olahan singkong–yang juga populer sebagai ubi kayu–bisa membawa Kota Salatiga dikenal masyarakat internasional. Singkong andalan Salatiga. Pasalnya, partisipasi masyarakat dan UKM khususnya bidang makanan olahan singkong di Kota Salatiga telah mampu memberikan kontribusi aset yang besar.

  1. Wali Kota Salatiga berambisi daerahnya jadi Kota Kreatif versi UNESCO

Dengan memilih makanan singkong, Yulianto berharap bisa menumbuhkembangkan ragam kuliner lain seperti kopi dan makanan olahan lainnya. Ia mengimbau kepada warganya supaya tidak berkecil hati mengingat singkong tak lagi dikenal sebagai makanan orang kampung. Sebaliknya, berbagai restoran dan kafe sudah banyak yang menyediakan makanan berbahan singkong.

“Saat ini yang sudah masuk Kota Kreatif Dunia diantaranya Pekalongan, Kota Bandung dan Kota Ambon. Sebenarnya Kota Solo sangat ingin bisa masuk namun targetnya belum berhasil. Harapan saya, kerja keras kita semua untuk mem-branding Kota Salatiga dapat berhasil. Tentu akan menambah rasa bangga kita sebagai kota yang livable dan lovable, kota yang banyak diidam-idamkan dan memiliki angka harapan hidup yang tinggi karena tingkat stres dan biaya hidup yang rendah,” paparnya.

  1. Salatiga dianggap layak menyandang predikat livabledanlovable city

Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Salatiga, Valentino T Haribowo mengatakan banyaknya prestasi yang ditorehkan wilayahnya selama ini belum lengkap jika belum masuk dalam daftar UNESCO Creative Cities Network (UCCN) alias Jaringan Kota Kreatif Dunia.

“Multiplier effect dari sektor kuliner juga telah berimplikasi mewujudkan Salatiga yang smart sehingga Salatiga layak menyandang julukan sebagai livable dan lovable city. Kita punya pendapatan per kapita diatas rata-rata dengan IPM tertinggi kedua di Jawa Tengah dan kemiskinan terendah,” terangnya. (*)

Editor: Yusva Alam

 

 

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *